Sunday, October 26, 2014

Throwback love - Aku tidak peduli

Suasana café siang itu sangat sepi, hanya ada beberapa orang yang duduk santai. Ada yang mengobrol bersama kerabatnya, ada yang duduk sendirian, salah satunya aku. Aku mengambil telepon genggam ku dan menelpon seseorang.

"Saya sudah sampai. Saya tunggu dimeja nomor 13." kata ku.

Aku duduk sambil menikmati milkshake cokelatku, sambil mengetuk-ngetuk jariku. Akhirnya orang yang kutunggu datang.

"Halo Pasya." sapanya.
"Halo juga tante, sudah lama ya kita tidak bertemu."

Dia adalah tante Nita, ibu Syila. Kami bertemu karena aku ingin menanyakan tentang Syila dan hanya tante Nita yang mau menceritakan apa yang sebenarnya terjadi padaku.

"Tante, sebenernya Syila kenapa? 2 minggu terakhir ia tidak bisa dihubungi." Kataku langsung to the point. Aku bukan tipe orang yang suka basa-basi.
"Sebenernya tante mau cerita ini udah lama nak Pasya. Tapi........." penjelasannya terhenti.
"Syila nggak ngijinin tante untuk kasih tau kamu."

Aku agak kesal mendengarnya. Sebenarnya apa sih yang Syila sembunyikan dariku?

"Ada apa?" Tanyaku tidak sabar.

"Syila sakit. Ya, Syila sakit." Wajahnya tertunduk lesu.
"Bukan sakit biasa, tapi penyakit Artery venous malformation. Ada kelainan pada otaknya, kata dokter itu adalah penyakit bawaan lahir."

"Apakah penyakit itu berbahaya?" Tanyaku.

"Pembuluh darahnya bisa pecah kapan saja. Umurnya tidak akan lebih dari 25 tahun, nak Pasya." Kali ini tante Nita meneteskan air mata.

Umurnya tidak akan lebih dari 25 tahun.

Aku terpaku mendengarnya. Tubuhku mendadak lemas, tak bertenaga.

"Keadaan Syila sekarang bagaimana?" Aku mulai panik.

"Sekarang kondisi Syila jauh lebih baik dari 1 minggu yang lalu. Tapi ia masih shock. Dia tidak mau ketemu siapa-siapa dulu." katanya sambil menghapus tetesan air mata dipipinya.

Aku menatap tante Nita dengan serius. "Tante, saya ingin bertemu Syila. Sekarang juga."

No comments:

Post a Comment